Pertumbuhan Salesforce – terutama dalam satu dekade terakhir – sangat luar biasa. Keinginan tanpa henti Marc Benioff untuk inovasi dan perubahan telah membawa perusahaan cloud ini melesat ke wilayah yang belum terjamah, mengangkat ekosistemnya bersamaan dengan pertumbuhannya.
Namun, dengan pertumbuhan datang manfaat sekaligus “jebakan” yang tidak diinginkan. Mungkin jebakan terbesar yang sering diabaikan adalah meningkatnya implementasi Salesforce yang asal-asalan, salah kelola, atau bahkan sepenuhnya keliru.
Kekuatan Ada pada Implementasi
Tidak diragukan lagi, implementasi adalah salah satu aspek terpenting yang harus dilakukan dengan benar dalam dunia Salesforce. Jika implementasi diibaratkan sebagai akar dari pohon alur kerja Salesforce, maka akan jelas bahwa proyek akan mengalami masalah jika akar ini tidak kuat.
Selain itu, implementasi Salesforce tidak murah. Meskipun sering dianggap sebagai investasi berharga yang dapat meningkatkan pendapatan hingga 37%, biaya implementasi dapat berkisar dari $10.000 untuk proyek dasar hingga lebih dari $200.000, bahkan mencapai jutaan untuk proyek yang lebih komprehensif.
Agar implementasi Salesforce berhasil, beberapa faktor harus dipertimbangkan, termasuk anggaran, kebutuhan, waktu, dan harapan klien. Di sisi mitra, mereka perlu memberikan deliverable yang realistis, melakukan tinjauan rutin, dan menolak jika sesuatu dapat berdampak negatif pada hasil akhir.
Dengan semua ini, dapat diasumsikan bahwa dari ribuan mitra di Salesforce Partner Community dan database Konsultan AppExchange, implementasi berkualitas tinggi dan realistis akan selalu tercapai. Sayangnya, kenyataannya tidak demikian.
Apa yang Salah?
Tidak mungkin mengetahui berapa banyak implementasi Salesforce yang berhasil karena banyaknya implementasi yang diselesaikan setiap hari. Selain itu, topik ini sering kali diselimuti ketidakpastian; kegagalan implementasi bukanlah sesuatu yang dengan mudah diakui oleh siapa pun.
Namun, setelah berbicara dengan berbagai anggota ekosistem – mitra, pengguna akhir, dan beberapa CEO – jelas bahwa skala implementasi yang gagal atau tidak selesai hanyalah satu sisi dari masalah ini. Sisi kritis lainnya adalah alasan di balik terjadinya hal ini.
Joey Chan, Konsultan Utama dan pendiri Cloud Jedi Solutions, memperkirakan tingkat keberhasilan 80-90% untuk implementasi yang telah dia kerjakan. Namun, dia menekankan pentingnya memahami bahwa banyak proyeknya bukanlah proyek greenfield.
Catatan: Implementasi Salesforce greenfield dimulai dari nol tanpa sistem sebelumnya, sedangkan brownfield melibatkan peningkatan atau integrasi dengan sistem yang sudah ada.
Kualitas vs. Keuntungan
Pertumbuhan besar berarti peluang keuntungan besar. Dengan pertumbuhan besar Salesforce, ditambah ledakan konsultasi pada 2020/21 lalu, tidak mengherankan jika banyak mitra memanfaatkan peluang baru ini. Namun, sayangnya, hal ini justru berdampak pada pelanggan dan mitra konsultasi lain yang harus memperbaiki kesalahan tersebut.
Menurut Gaurav Kheterpal, pendiri Vanshiv Technologies, salah satu penyebab utama adalah penggunaan tim yang tidak sesuai kapabilitas dengan proyek.
Keluhan Umum
Para ahli menyebutkan empat keluhan utama klien:
- Tidak mengikuti best practice
- Dokumentasi yang tidak jelas, tidak lengkap, atau bahkan tidak ada
- Tidak ada realisasi nilai
- Implementasi yang tidak berfungsi
Solusi yang Dibutuhkan
Masalah ini membutuhkan perubahan menyeluruh. Langkah awal termasuk meningkatkan transparansi proyek, melibatkan semua pihak sejak awal, dan memastikan konsultasi berkualitas. Peran Salesforce, mitra, dan pelanggan harus sejalan untuk mencapai hasil implementasi yang optimal.
Di tengah tantangan ini, masih ada harapan bagi komunitas Salesforce untuk berkembang dengan solusi inovatif dan kemitraan yang saling menguntungkan.
Tidak Mudah Menjadi Partner atau Reseller dari Salesforce
Di Indonesia sendiri, khususnya area JABODETABEK, ada beberapa konsultan Salesforce yang bisa diandalkan. Mulai dari spesialisasi, kategori klien atau skala perusahaannya, Salesforce memilih para konsultan ini dengan memberi target yang tidak mudah setiap tahunnya. Salah satu konsultan Salesforce yang diandalkan oleh Salesforce sendiri adalah PT Langit Kreasi Solusindo atau biasa disingkat LKS.
Konsultan Salesforce di Indonesia Yang Berhasil Bertahan
Langit Kreasi Solusindo sebenarnya sudah menjadi partner Salesforce sejak 2017 namun perusahaan ini memutuskan untuk mengambil tantangan sebagai reseller di tahun 2021 karena melihat minat pasar terhadap penggunaan Salesforce.
Pada awalnya, portfolio Langit Kreasi Solusindo dibangun dalam kategori bisnis Small-Medium Business atau Usaha Kecil Menengah yang biasanya memiliki karyawan berjumlah antara 100 hingga 300. Tapi kini, Langit Kreasi Solusindo sudah mulai merambah ke ranah korporat dan bahkan enterprise.
Implementor Salesforce Tanpa Red Flag
Di area Jabodetabek sendiri, memang banyak rekanan resmi Salesforce. Namun tidak semuanya mencuat ke permukaan dan banyak tampil di banyak event atau media. Meskipun tidak berbanding lurus dengan prestasi, memang yang sering tampil tentunya memiliki awareness yang kuat dan sering menjadi Top-of-Mind untuk banyak orang.
Langit Kreasi Solusindo sendiri adalah reseller Salesforce berskala startup yang tergolong jarang tampil tapi sebenarnya berprestasi. Meskipun kontribusinya tidak seberapa namun Langit Kreasi tergolong reseller Salesforce yang diakui principal sebagai partner tanpa red flag dan selalu patuh dengan dengan segala kebijakan yang diberikan. Langit Kreasi pun tidak jarang menjadi semacam “last-resort” bagi partner-partner lain yang mungkin tidak berhasil memberikan deliverable kepada klien-klien Salesforce.
Langit Kreasi Solusindo adalah mitra resmi Salesforce dan Reseller Cloud yang terotorisasi, terkenal karena Standar Operasional Prosedur (SOP) yang disiplin selama proses implementasi serta kemampuannya yang luar biasa dalam memahami berbagai proses bisnis dalam kasus penggunaan klien. Langit Kreasi Solusindo juga diakui sebagai mitra Salesforce dengan rekam jejak sempurna tanpa catatan negatif.
Artikel ini diadaptasi dari sumber ini.
Leave A Comment