Meskipun masa Pandemi selesai sekalipun, kebiasaan berbisnis akan sudah mengalami perubahan dan mungkin tidak akan kembali lagi seperti biasanya (sebelum Pandemi merebak). Prioritas hidup berubah, kebutuhan pasar menyesuaikan dan akhirnya bagaimana cara berjualan pun beradaptasi. Sekarang setiap brand atau perusahaan berlomba-lomba untuk memenangkan personalisasi customer journey yang dapat membuat kustomer betah menggunakan produk atau layanannya.
Pebisnis sudah lama menggantungkan kesuksesan usaha dari penggunaan data yang akurat untuk memahami pelanggan dalam tahapan personal. Tapi seiring waktu, tantangan pun semakin banyak dan data tidak semudah itu didapatkan. Begitu sudah dapat pun belum tentu berkualitas. Dari survey yang dilakukan oleh Salesforce pada 8 hingga 11 Februari 2020, pada 6.950 responden yang berprofesi sebagai full-time marketing leaders, mengungkapkan bahwa 78 persen dari responden mengungkapkan bahwa keberhasilan aktivitas customer engagement semua adalah berbasis pengolahan data. Sebegitu pentingnya data untuk business sustainability!
OK, jadi sejauh ini kita sudah memahami bahwa data adalah digital currency yang mewah. Dari mana bisa memulai penggunaan data untuk keberlanjutan bisnis?
Satu hal yang bisa dilakukan adalah melihat kembali database pelanggan atau kustomer. Jika ada begitu banyak insight yang dihasilkan maka mungkin manajemen database yang dilakukan sudah cukup baik dan bermanfaat. Tapi jika dari database itu ternyata tidak begitu menghasilkan sesuatu yang cukup berguna, maka perlu dipertanyakan lagi bagaimana selama ini proses penyimpanan dan pengelolaan data dilakukan di perusahaan tersebut. Jika memang tidak memiliki cukup personel untuk menanganinya, mungkin berinvestasi pada tool atau software adalah solusi terbaik saat ini.
Berikutnya data seputar coba kondisi pasar. Apakah pasar cenderung meningkat atau menurun? Apakah publik tertarik untuk membeli apa yang dijual?
Banyak pelaku bisnis yang melakukan riset pasar tapi kemudian berhenti karena terintimidasi dengan ukuran pasar atau seberapa banyak orang yang tertarik dengan apa produk atau jasanya. Yang satu ini memang bisa menakutkan kadang, tapi mari dihadapi saja dan coba dicari celah yang bisa menghasilkan peluang. Memang, memahami ukuran pasar itu penting tetapi mengetahui apakah pasar sedang meningkat atau menurun juga tak kalah penting karena dari sini bisa dilakukan pengambilan keputusan strategis dan pemasaran. Dengan adanya tool untuk data analytics, tentunya ini akan lebih memudahkan dan menghemat waktu dalam melakukan market trend analytic.
Analisa tren pasar adalah proses menentukan apakah pasar sedang bertumbuh, stagnan atau justru menurun, serta seberapa cepat pergerakan itu terjadi. Idealnya, kondisi pasar bisa dipelajari melalui data yang terproses oleh tool, sehingga muncul rekomendasi-rekomendasi hasil Kecerdasan Buatan (AI), dan dari situ action plan bisa dibuat untuk menyikapi tren pasar.
Selanjutnya adalah memahami bahwa data yang berguna berawal dari proses pelaporan yang baik, benar dan konsisten. Pelaporan (reporting) yang andal adalah kunci pemasaran yang baik karena ini berarti merangkum kinerja campaign, memisahkan inisiatif bisnis yang baik dari yang buruk, dan juga menunjukkan progres upaya marketing. Pelaporan sangat penting, tetapi jika ingin meningkatkan permainan marketing, analytics akan membawa pada tingkat berikutnya.
Selain memberi gambaran tentang bagaimana kondisi perusahaan, analitik juga dapat menjelaskan “mengapa” sampai terjadi demikian. Ini lebih dari sekadar meringkas data, karena dengan analitik, kita dapat menafsirkan dan menjelajahi. Jika pelaporan adalah kunci aktivitas marketing yang baik, maka analitik adalah bagai “senjata rahasia” dari aktivitas marketing.
Sekali lagi, semua ini bisa terjadi dengan baik dan benar akan bergantung pada data yang dimiliki dulu. Semua berawal dari sana, tapi jika data yang sudah dipunya begitu kaya, maka sekarang saatnya menggunakan bantuan Kecerdasan Buatan untuk mengembangkan data menjadi business plan yang berkelanjutan. Jika data yang dimiliki begitu banyak dan sudah tidak mampu ditangani lagi oleh manusia, mungkin sekarang saatnya berinvestasi pada kecerdasan mesin.
Referensi:
1. Salesforce Research: State of Marketing (6th Edition)
2. Salesforce Pardot Blog: Take a bite out of analytics
Leave A Comment